Bahan Saniter
adalah bahan kimia yang dipergunakan untuk membunuh, menginaktifkan
mikroorganisme yang merugikan. Meskipun proses
pembersihan telah dilakukan, belum ada jaminan bahwa cemaran mikrobiologis
terutama bakteri patogen telah dihilangkan. Sehingga proses pembersihan harus
diikuti dengan desinfeksi menggunakan bahan sanitaiser. Tujuan utama desinfeksi
adalah untuk mereduksi jumlah mikroorganisme patogen dan perusak dalam pengolahan
makanan, serta pada mesin dan peralatan.
Bahan saniter dibagi menjadi 2 jenis, yaitu saniter non kimiawi
dan saniter kimia. Berikut penjelasan mengenai jenis bahan saniter:
a. Saniter non
kimiawi
1) Uap
Penggunaan uap air panas untuk tujuan sanitasi dapat dilakukan
dengan menggunakan uap air mengalir bersuhu 76,7 C selama 15 menit atau 93,3 C
selama 5 menit. Penggunaan uap pada permukaan benda yang tercemar berat dapat
menyebabkan terbentuknya gumpalan keras dari sisa bahan organik yang akan
mengurangi penetrasi panas yang dapat mematikan mikroorganisme.
2) Air Panas
Dilakukan dengan merendam benda-benda dalam air panas bersuhu 800C
atau lebih. Semakin tinggi suhu air panas, waktu kontak yang diperlukan semakin
pendek. Kelebihan menggunakan metode ini adalah dapat diterapkan pada semua
jenis permukaan yang bersentuhan dengan makanan, air mudah didapat dan tidak
beracun. Sedangkan kelemahannya adalah metode ini tidak dapat mematikan spora
bakteri yang tahan terhadap panas. Metode ini banyak digunakan untuk sanitasi
heat exchanger plate pada pabrik pengolahan susu.
3) Sanitasi Radiasi
Radiasi sinar pada panjang gelombang 2500 A dari sinar
ultraviolet, sinar gamma dapat digunakan untuk mematikan mikroorganisme. Kelemahan
metode ini kurang efektif karena kisaran mematikan MO yg efektif sangat pendek.
Radiasi sinar hanya dapat mematikan MO yang terkena langsung dengan waktu
kontak selama 2 menit.
b.
Saniter kimia
1)
Desinfektan berbahan dasar klorin
Bahan ini banyak digunakan
karena harganya yang murah, dapat mematikan bakteri gram positif dan gram
negative serta spora bakteri, mudah digunakan dan bahan ini dapat tetap aktif
dalam penggunaannya dengan air sadah. Kelemahan desifektan berbahan dasar
klorin :
a) Dapat menyebabkan korosi pada pH rendah, meskipun
sebenarnya pH rendah diperlukan untuk
aktivitas optimumnya
b)
Konsentrasi yg
diperlukan 50 – 100 ppm, dengan waktu kontak 1 menit dan suhu minimum 24 0C.
c)
Klorin cair ( Cl2)
atau natrium hipoklorit (NaOCl) dalam air akan terhidrolisis membentuk asam
hipoklorit (HOCl) yg merupakan senyawa klorin paling aktif
2)
Desinfektan berbahan dasar Iodin
(Yodofor)
Bahan senyawa iodin utama
yang sering digunakan antara lain larutan yodofor, alcohol-yodium, dan yodium
cair. Senyawa iodin banyak digunakan untuk pencelupan
tangan pada pekerjaan penangan pangan dan desinfeksi peralatan. Yodofor sendiri
bersifat stabil, memiliki umur simpan yang panjang, serta aktif untuk hampir
semua bakteri tetapi tidak efektif untuk mematikan spora. Kelebihan yodofor
diantaranya tidak dipengaruhi kesadahan air, non korosif, dan tidak mengiritasi
kulit. Sedangkan kelemahan yodofor diketahui pada aktivitasnya yang lambat pada
pH 7 atau lebih tinggi, adanya pewarnaan coklat pada permukaan kontak dan biaya
relatif mahal. Mengaplikasikan yodofor pada konsentrasi 12 – 2 ppm dengan waktu
kontak selama 1 menit atau lebih pada suhu 24-490C.
Faktor-faktor
yang diperhatikan dalam penggunaan desinfektan dalam industry pangan :
1) Waktu
kontak minimum 2 menit dan ada selang waktu 1 menit antara desinfeksi dengan
penggunaan.
2) Suhu
yang disarankan untuk proses desinfeksi berkisar antara 21,1-37,80C.
3) Senyawa
klorin akan kehilangan aktivitas bila pH lingkungan lebih dari 10, senyawa
iodin tidak efektif digunakan pada pH 5.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar